Manfaat Puja Bhakti
Pada umumnya umat Buddha belum memahami manfaat yang diperoleh dari puja bhakti. Bagi sebagian umat Buddha melakukan puja bhakti hanya sebatas formalitas, tradisi, dan tuntutan. Ada juga banyak dari mereka yang beralasan bahwa mereka sangat sibuk dengan pekerjaannya. Akibatnya jumlah umat Buddha yang hadir pada saat Puja Bhakti di Vihara sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan jumlah umat Buddha yang ada.
Terdapat berbagai macam definisi dari puja itu sendiri. Puja dalam agama Buddha dapat diartikan sebagai berikut: Puja adalah suatu penghormatan dalam bentuk ibadah, sedangkan bhakti adalah wujud rasa hormat dan setia. Puja bhakti merupakan suatu penghormatan sebagai wujud rasa hormat dan setia kepada Sang Tiratana. Ibadah bukan hanya berisi upacara maupun ritual, namun ibadah dapat diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang dapat meningkatkan keyakinan dan spiritualitas dalam diri. Dalam agama Buddha, terdapat dua macam puja yaitu Amisa Puja dan Patipatti Puja. Amisa Puja dilakukan dengan memberikan persembahan, sedangkan Patipatti Puja dilakukan dengan menjalankan praktik Dhamma. Bentuk puja bhakti yang dilakukan oleh umat Buddha yaitu dengan memberikan persembahan berupa bunga, lilin, dan dupa.
Pada saat sekarang ini, masih ditemukan masalah yang sering muncul dalam puja bhakti bahwa umat Buddha kurang beminat mengikuti puja bhakti, mengeluh suasana puja bhakti terasa monoton, meremehkan pentingnya puja bhakti, dan menolak datang vihara dengan alasan sibuk.
Masalah yang timbul mengakibatkan kurangnya keyakinan terhadap agama Buddha. Banyak orang tua belum membiasakan anaknya untuk datang ke vihara sehingga kurangnya keinginan dari anak-anaknya untuk mengikuti puja bhakti dan pengaruh dari teman sebaya.
Kebanyakan umat Buddha belum memiliki keyakinan terhadap Sang Tiratana karena mereka belum memahami secara mendalam ajaran Sang Buddha. Kebanyakan orang tua lebih memilih untuk mengajak anaknya jalan-jalan atau bermain di rumah. Alangkah baiknya, jika para orang tua mulai membiasakan anaknya untuk mengikuti sekolah minggu dan menyuruh anaknya untuk datang ke Vihara mengikuti puja bhakti. Dengan demikian, pada saat mereka sudah besar, mereka rajin mengikuti puja bhakti di Vihara. Banyak juga remaja yang datang ke Vihara dikarenakan mereka disuruh oleh gurunya untuk memenuhi nilai agama. Bagi para remaja sekarang mereka masih sangat terpengaruh dengan teman sebayanya. Mereka belum bisa meyakinkan diri mereka sendiri untuk mengambil keputusan.
Pada umumnya, ketika kita ingin memulai puja bhakti terdapat beberapa tahapan atau kegiatan kecil yang membentuk proses puja bhakti tersebut. Pada saat kita mengikuti puja bhakti dengan sungguh-sungguh, kita akan menemukan sendiri manfaat dari puja bhakti tersebut. Dengan mengikuti puja bhakti, kita akan mengetahui proses selama puja bhakti berlangsung dari awal hingga akhir sehingga manfaat dari puja bhakti dapat dirasakan maknanya, diantaranya :
1. Mengikis Ego (Amoha) Pertama kali pada saat puja bhakti akan dimulai, hal yang dilakukan adalah bernamaskara atau bersujud. Sikap sujud ini sangat menguji ego umat Buddha sendiri. Setiap orang mempunyai tingkat ego yang berbeda. Kita dilatih agar dapat mengendalikan dan melepas ego dalam bentuk sujud. Orang yang memiliki ego tinggi akan sangat sulit menghormati orang lain. Dengan melakukan namaskara (sujud), maka setiap orang sedang berlatih mengikis ego dalam dirinya dan memberikan rasa hormat yang mendalam kepada Sang Tiratana. Sifat ego akan membuat seseorang berpikir bahwa dirinya lebih tinggi dan benar dibandingkan orang lain. Setiap orang memiliki ego yang berbedabeda. Seperti halnya, banyak yang masih mementingkan diri sendiri. Contoh lainnya, dalam suatu perkuliahan, ada seorang dosen memberikan sebuah pertanyaan kepada mahasiswanya. Ada seorang mahasiswa menjawab pertanyaan tersebut dengan sangat yakin bahwa jawaban yang ia kemukakan itu benar sedangkan jawaban teman lainnya salah yang tidak sependapat dengan mahasiswa tersebut. Terjadilah perdebatan dalam kuliah tersebut, sifat ego muncul dalam diri masing-masing. Banyak hal dapat terjadi dalam kehidupan kita. Dengan melakukan sujud kepada Sang Tiratana akan menumbuhkan keyakinan dalam diri dan mengikis ego kita secara bertahap.
2. Membangun Perlindungan (Sarana) Berikutnya adalah pembacaan paritta. Makna dari paritta adalah perlindungan. Perlindungan yang dimaksud di sini bukan berarti kita memohon perlindungan kepada Sang Buddha melalui pembacaan Paritta. Dengan membaca Paritta yang berisi khotbah Sang Buddha, kita dapat merenungkan ajaran kebenaran Sang Buddha, menjalankan Dhamma yang telah dibabarkan oleh Sang Bhagava, serta menyokong perhimpunan Sangha. Dalam sabda Sang Buddha, “Perlindungan yang terbaik adalah berlindung pada diri sendiri.” Maksudnya adalah hanya diri sendiri yang dapat melindungi kita dari niat untuk berbuat jahat yang dapat mengakibatkan kamma buruk bagi diri kita sendiri. Bila kita mampu mengendalikan pikiran, ucapan, dan perbuatan kita sehari-hari dari niat jahat maka kita tidak akan membuat suatu kamma buruk yang kelak akan kita petik buah kamma buruk kita sendiri. Jadi, tidak ada yang bisa melindungi diri kita selain diri kita sendiri. Dengan demikian, marilah kita menjalankan praktik Dhamma dengan sungguh-sungguh.
3. Mengulang Tekad (Sila) Dalam puja bhakti, kita membacakan Pancasila untuk bertekad tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berbuat asusila, tidak berbohong, dan tidak minum-minuman keras yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran. Dengan mengulang tekad ini, agama Buddha tidak menuntut umatnya untuk mengikuti ajaran Sang Buddha dengan paksaan. Agama Buddha menghimbau umatnya agar melatih diri untuk menjalankan tekad dari Pancasila tersebut. Pembacaan Pancasila ini selalu dibacakan ketika kita mengikuti puja bhakti sehingga kita dapat mengendalikan diri kita dalam kehidupan sehari-hari. Alangkah baiknya jika kita dapat melatih delapan sila (Atthangasila) pada saat Hari Uposatha. Hari Uposatha terdapat dua kali dalam sebulan. Dengan Atthangasila, kita bertekad mengendalikan diri untuk menghindari makan-makanan lebih dari tengah hari, menghindari menyanyi, pergi ke tempat hiburan, dan memakai kosmetik, wangi-wangian dengan tujuan untuk mempercantik tubuh, menghindari penggunaan tempat tidur dan tempat duduk yang mewah.
4. Meningkatkan Keyakinan (Saddha) Paritta Saccakiriya Gatha mengenai kebenaran akan semakin meningkatkan keyakinan kita kepada Sang Tiratana. Kita merenung dan berpikir apakah khotbah yang telah dibabarkan dengan jelas oleh Sang Buddha merupakan ajaran kebenaran (Dhamma) atau tidak. Hal ini menunjukkan bahwa umat Buddha didorong untuk selalu Ehipassīko (datang, melihat, mengalami) kejadian dengan sendiri. Jadi, kita tidak diharuskan untuk percaya begitu saja, akan tetapi kita dapat menganalisa terlebih dahulu. Dengan membacakan Paritta Saccakiriya Gatha akan meyakinkan diri kita untuk berlindung kepada Sang Tiratana.
5. Memancarkan Cinta Kasih (Adosa) Pembacaan Paritta Karaniya Metta Sutta dan Metta Bhavana yang kita lakukan dapat memancarkan cinta kasih. Kita dapat memancarkan cinta kasih kepada semua makhluk hidup sehingga jika ada makhluk yang mendengar dan turut merasakan kebahagiaan, maka akan merasa senang atau bahkan melindungi diri kita atas pelimbahan jasa/ perbuatan baik yang telah kita lakukan sehingga mereka terlahir di alam bahagia. Alkisah, pada jaman Sang Buddha, ketika Sang Buddha berdiam di Savathi, Sang Buddha menyuruh lima ratus orang muridnya untuk berlatih meditasi dan mencapai tingkat kesucian, lalu kelima ratus muridnya tersebut pergi dan mencari hutan untuk berlatih meditasi. Ketika para muridnya tersebut melewati satu desa, ada seorang warga yang menyapa dan bertanya kepada lima ratus murid Sang Buddha tersebut. Seorang warga tersebut bertanya kepada murid tersebut ke manakah bhante akan pergi, lalu murid tersebut menjawab kami sedang mencari sebuah hutan agar kami bisa berlatih meditasi. Lalu penduduk desa itu menunjukkan sebuah hutan yang letaknya tidak begitu jauh dari desa mereka. Dan di hutan tersebut banyak makhluk halus. Ketika para murid tersebut datang ke hutan tersebut, para makhluk halus tersebut merasa terganggu. Ketika kelima ratus murid tersebut berlatih meditasi, para makhluk halus itu mengganggu kelima ratus murid tersebut sehingga para murid tersebut tidak betah dan kembali menghadap Sang Buddha untuk menanyakan bagaimana cara menghadapi para makhluk halus tersebut. Lalu Sang Buddha menjawab agar para murid tersebut membacakan Paritta Karaniya Metta Sutta. Ketika para muridnya membacakan paritta tersebut, para makhluk halus tersebut merasa senang dan melindungi kelima ratus murid Sang Buddha.
6. Berdana / Dana (Alobha) Manfaat yang dapat kita peroleh dari berdana yaitu belajar melepas terhadap apa yang kita miliki. Kita tidak perlu malu dengan teman bila kita berdana hanya Rp 1000,-. Walaupun kita berdana hanya Rp 1000,- tetapi kita melakukannya setiap hari maka kita sudah menanamkan karma baik setiap hari dan kita sudah bisa melepas apa yang kita miliki. Dana dapat dilakukan dengan berbagai cara. Berdana tidak hanya berupa uang atau benda saja, tetapi kita dapat berdana jasa dengan membantu di vihara dan orang lain yang membutuhkan pertolongan, atau menuangkan ide, saran, pendapat kita. Selain itu, kita juga dapat melakukan Dhamma Dana dengan menjadi Dhammakatika di Vihara atau menjadi pengasuh anak sekolah minggu.
7. Melatih Pikiran Positif (Samadhi) Samadhi (meditasi) bermanfaat untuk menenangkan batin kita. Dengan bermeditasi, maka kita akan dapat mencapai ketenangan batin sehingga kita tetap tenang dalam kondisi bahagia atau bermasalah sekalipun. Kita akan merespon setiap masalah yang kita hadapi dengan tenang sehingga dapat diselesaikan dengan kepala dingin tanpa menimbulkan masalah lebih lanjut. Meditasi juga memberikan efek positif terhadap daya konsentrasi kita atas apa yang sedang kita lakukan. Misalnya bagi para siswa kesulitan untuk berkonsentrasi dalam belajar, alangkah baiknya jika sering melakukan meditasi. Dengan bermeditasi, kita melatih diri untuk menjaga pikiran agar selalu berpikir positif, melatih konsentrasi pada saat melakukan suatu kegiatan apapun (baik tugas maupun pekerjaan).
8. Menumbuhkan Kebijaksanaan (Panna) Mendengarkan Dhammadesana (sabda Sang Buddha) yang dibabarkan oleh Dhammakathika maka pikiran kita menjadi semakin terbuka, meningkatkan pengetahuan, serta memperluas wawasan kita sehingga menumbuhkan kebijaksanaan kita dalam berpikir dan memandang fenomena dalam kehidupan sehari-hari. Dhammadesana merupakan suatu renungan atau pembenahan diri terhadap apa yang sudah kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari apakah sudah sesuai dengan jalan kebenaran Dhamma. Hal ini tentunya akan mengurangi hal-hal negatif yang ada dalam diri kita khususnya pandangan salah yang masih melekat baik melalui pikiran, ucapan, maupun perbuatan kita. Dhammadesana memberikan pemahaman kebenaran (Dhamma) sehingga kita terus bertekad untuk menjadi lebih baik lagi. Mendengarkan dhammadesana dapat di mana saja, diantaranya di vihara, di suatu pertemuan spiritual seperti kegiatan retreat, bahkan di rumah/ dalam mobil sekalipun dari kaset-kaset/CD/ DVD yang berisi ceramah Bhikkhu Sangha/ Romo Pandita/ Motivator/ Dhammakatika, dll. Melalui karya tulis ini, diharapkan dapat memberi pemahaman lebih luas kepada pembaca mengenai manfaat puja Bhakti sehingga dapat terus termotivasi untuk mengikuti puja bhakti sebagai kegiatan rutinitas mingguan. Bagi umat Buddha yang hanya datang vihara pada saat peringatan Waisak saja, dapat mulai melakukan rutinitas yang baik untuk datang ke vihara melakukan puja bhakti minggu. Sedangkan bagi perumah tangga, semoga mereka dapat memberikan panutan yang baik kepada anak-anak mereka mengenai manfaat puja bhakti. Bagi para remaja, semoga dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya mengikuti puja bhakti sehingga menumbuhkan karakter positif yang membentuk kepribadian yang matang dan terus maju dalam dhamma.
Sumber: Dhammadana Para Dhammaduta 4