vidyasena header background

Hidup bersama Anicca & Anatta: Menerima Perubahan Pada Diri Sendiri

oleh Clarissa Audrina 9 bulan yang lalu
Vidyāsenā Vihāra Vidyāloka: Gambar Hidup bersama Anicca & Anatta: Menerima Perubahan Pada Diri Sendiri

FOMO (fear of missing out) adalah sebuah fenomena psikologi yang terjadi di masyarakat sosial modern, dimana tingginya tingkat ketakutan atau kekhawatiran seorang individu akan ketinggalan trend. Ditandakan dengan sikap dan perspektif yang mengacu pada kecemburuan terhadap kondisi orang lain yang dianggap lebih menyenangkan dan menguntungkan. Fenomena ini kuat kaitannya dengan sosial media dan konektivitas tanpa batas yang terjadi di masyarakat sekarang ini. Karena faktor terbesar timbulnya fenomena ini adalah keberadaan identitas ganda yakni nyata dan maya. Dunia maya sebagai platform untuk memamerkan identitas individu yang sudah dipoles menjadi serba ideal dan sempurna. Membentuk sebuah trend untuk berkompetisi memamerkan kehidupan paling ideal dan sejalan dengan trend di masyarakat. 

Fenomena FOMO ini menyebabkan masyarakat jaman sekarang, terutama Gen Z melekat pada dunia maya. Berusaha selalu terhubung dengan dunia luar melalui platform digital, tempat semua informasi bisa diakses agar tidak ketinggalan acara, informasi, dan kesempatan. Ketakutan tidak nyata ini bisa mengakibatkan over committing atau terlalu berkomitmen terhadap sesuatu yang mengundang kegelisahan berlebihan (anxiety). FOMO mengundang sikap kompetitif, dimana seorang individu akan membandingkan kehidupan pribadi dengan kehidupan yang ia anggap ideal di sosial media. Selanjutnya, orang dengan perspektif tersebut akan berusaha membuktikan dan memamerkan ke publik mengenai identitas dirinya yang sudah dipoles (tidak nyata). Hal ini semata mata untuk meningkatkan jati diri dan kepercayaan diri sementara.

Anatta, atau yang diartikan sebagai “non-self” atau “tanpa aku”, adalah filosofi ajaran Buddha yang menentang pengertian konvensional tentang identitas (nama, jenis kelamin, ras, tanggal lahir, dsb) dan eksistensi (status dan peran sosial). Konsep Anatta menjelaskan tentang tidak adanya entitas yang permanen, kekal, dan independen. “Diri” atau “aku” diibaratkan sebagai elemen fisik dan batin yang terus berubah karena pengaruh internal maupun eksternal. Anatta menawarkan perspektif baru pada masyarakat tentang bagaimana kita memandang diri kita sendiri dan dunia di sekitar kita. Pandangan yang ditawarkan adalah sebagai berikut;

  1. Ilusi Mengenai “Diri” dan “Aku”

Anatta menegaskan bahwa “aku” dan “diri” adalah sebuah ilusi atau konstruksi pikiran yang berusaha mendeskripsikan keberadaan seseorang. Sementara kita sering mengidentifikasi “diri” atau “aku” adalah sebuah tubuh/ fisik/ jasmani, emosi, pikiran, dan bahkan label, pencapaian, dan status sosial.

  1. Ketidakkekalan dan Saling Berhubungannya Kehidupan 

Hidup dengan Anatta berarti menerima keberadaan anicca atau ketidakkekalan sebuah kondisi dan trend. Diibaratkan sungai yang tidak pernah sama tiap detiknya, pikiran, fisik, dan emosi kita juga terus berubah. Pemahaman Anatta mendorong kita untuk melepaskan kemelekatan duniawi dan menyadari bahwa kemelekatan pada aspek identitas diri hanya akan mendatangkan Dukkha. Selain itu, Anatta menggarisbawahi keterkaitan semua kehidupan. Dengan menyadari bahwa tidak ada diri yang terisolasi dan terpisah, saling berhubungan antara kehidupan sebelum, sekarang, dan sesudah. Menentang keberadaan roh, 

  1. Kebebasan dari Pola Hidup yang Idealis

Hidup dengan Anatta membebaskan kita dari egoisme dan idealisme manusia, yang seringkali menimbulkan penilaian, perbandingan, dan rasa superioritas atau inferioritas, serta sikap FOMO. Saat kita melepaskan ilusi tentang “diri” atau “aku”, kita juga melepaskan kebutuhan untuk melindungi label dan memvalidasi jati diri itu. Sebaliknya, terbitlah sebuah kebebasan yang memungkinkan kita menjalani hidup dengan kerendahan hati, keterbukaan, dan kemauan untuk belajar dan tumbuh. 

  1. Kesadaran/ Mindfulness

Anatta mendorong kesadaran yang bisa mengobservasi pikiran dan emosi tanpa melekat pada fenomena sesaat itu. Menghadirkan kesadaran yang lebih besar tentang pengalaman batin kita yang tidak kekal dan selalu berubah. Mendorong pandangan dan pikiran benar. 

Penerapan konsep Anatta melibatkan refleksi mendalam, meditasi, dan usaha untuk menggeser paradigma pemahaman tentang diri dan dunia. Praktik ini dapat membantu individu meraih pemahaman yang lebih dalam tentang alam semesta dan mengurangi penderitaan yang timbul dari pengidentifikasian yang keliru terhadap entitas diri yang tetap. Berikut adalah peran memahami konsep Anicca dan Anatta dalam merespon fenomena FOMO

  1. Memberikan Pemahaman tentang Keterikatan : Segala sesuatu, termasuk trend, bersifat tidak kekal. Ini dapat membantu mengurangi keterikatan dan ketergantungan pada trend. Memahami tidak ada kebahagiaan kekal jika melakukan sebuah trend. Tekanan karena obsesi akan berkurang.

  2. Mengenali Keunikan Diri dan Menumbuhkan Self-Love: Anatta mengajarkan bahwa setiap individu tidak dapat dibandingkan dengan orang lain. Ini dapat membantu kita mengenali dan menghargai nilai-nilai dan kualitas diri, tanpa merasa perlu untuk mengikuti orang lain.

  3. Menjaga Prioritas : Memahami bahwa lebih penting melakukan hal yang lebih bermakna untuk peningkatan diri dan mengejar kebahagiaan sejati daripada kebahagiaan saat mengikuti trend.

  4. Mengembangkan Sikap Terbuka : Konsep Anatta mendorong sikap terbuka dan menerima sebuah perubahan. Bisa membantu dalam menghadapi ketidakpastian dalam hidup tanpa merasa terjebak dalam kecemasan karena melewatkan sesuatu.

  5. Pemahaman tentang tujuan akhir umat Buddha yakni, Nibbana

Kesimpulannya, Anatta menjelaskan siapa aku atau diri diluar label dan identitas yang tercipta secara duniawi, baik berupa status maupun keberadaan fisik. Anatta melepaskan obsesi seseorang terhadap memvalidasi atau berusaha membuktikan ataupun mengejar idealisme mengenai hidup. Bisa menjadi respon paling benar dari fenomena FOMO yang marak di masyarakat. Memahami Anicca dan Anatta akan membebaskan diri dari keterikatan, kecemasan, dan komparasi berlebihan, dan membantu kita menemukan kedamaian dalam diri kita sendiri. Mendorong respon reflektif dengan kerendahan hati dan keinginan untuk belajar. 

Artikel Terbaru