Cara Mempertahankan Kebahagiaan
Apakah yang disebut dengan kebahagiaan? Dalam kata-kata yang sangat sederhana dapat dijelaskan bahwa kebahagiaan dapat diartikan sebagai berkurangnya penderitaan.
Setiap makhluk memiliki perbedaan (contoh perbedaan-perbedaan yang ada pada manusia, perbedaan umur, jenis kelamin, warna kulit, profesi, agama, suku, budaya, dan adat). Namun dapat dilihat satu hal yang pasti. Setiap makhluk, baik atau jahat, kecil, besar, pendek, tinggi, kurus, ataupun gemuk, semuanya menginginkan kebahagiaan. Dimana ketika kebahagiaan terjadi dapat memberikan kebebasan dari penderitaan. Seperti halnya seseorang yang menjaga kesehatan, ia rajin mengkonsumsi hal-hal yang baik dan rajin berolahraga agar organ-organ dalam tubuh menjadi sehat dan terbebas dari penyakit.
Namun kenyataan yang terjadi adalah segala hal selalu mengalami perubahan. Bagaikan permainan bianglala yang sedang berputar, ada kalanya kita berada di atas dan kadang berada di bawah. Seperti yang terjadi dalam kehidupan. Terkadang kita mengalami kebahagiaan atau penderitaan. Jika berada di kondisi yang ekstrim seperti ini, bagaimanakah cara untuk mendapatkan kebahagiaan?
Setiap detik apa yang kita pikirkan dapat berubah dengan pesat. Mulai dari berpikir mengenai kejadian yang telah lalu atau yang akan datang. Seketika berpikir atau teringat hal yang menyenangkan, maka kita pun mengalami kebahagiaan dan sebaliknya ketika berpikir mengenai sesuatu yang buruk, maka pikiran kita akan mengalami penderitaan. Mulanya hanya pikiran yang jelek, namun jika hal itu merambat maka dapat menjalar menjadi ucapan ataupun perbuatan yang negatif.
Perubahan yang terjadi sebenarnya bersifat netral, tidak menyedihkan ataupun menyenangkan. Hal yang membuat perubahan menimbulkan rasa senang atau tidak adalah penilaian atau batas-batas yang kita tentukan sendiri. Mengapa dengan adanya penilaian atas perubahan dapat menimbulkan penderitaan? Penilaian, sekat, dan batasan yang diberikan atas sebuah perubahan itu dapat menimbulkan sifat keakuan, di saat itulah penderitaan dapat timbul. Dengan adanya keakuan, itu berarti memberi batasan tertentu atas suatu hal. Batasan yang memberikan sekat terpisah yang menyatakan perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Pemikiran memiliki, menuntut sesuatu, memikirkan diri-sendiri, tidak menerima keadaan, membanding-bandingkan apa yang dimiliki orang lain dan apa yang tidak dimiliki, hal-hal yang dapat membuat timbulnya keserakahan, kemelekatan, kebencian, rasa iri, kebodohan batin, dan hal-hal negatif lainnya.
Ketika kita mulai terjerumus dengan hal negatif ini, renungkanlah kembali. Sadarilah bahwa perubahan itu adalah hal yang wajar. Segala sesuatu dapat berubah, tidak kekal. Dengan penyadaran akan hal ini, kita dapat lebih positif dalam menyikapi segala sesuatu. Misalnya, saya memiliki sebuah benda berharga, namun karena kecerobohan, barang tersebut menjadi rusak. Jika saya menyikapinya dengan mengeluh dan berpikir bahwa ini adalah suatu kerugian yang besar, hal ini menjadi permasalahan dalam diri saya, kegelisahan yang muncul menimbulkan luka dalam diri. Akan tetapi, jika saya menyikapinya dengan apa adanya, saya dapat melihat dengan lebih jernih, bahwa, iya, saya mengetahui, barang saya kini telah rusak, saya menyadari bahwa ini memanglah suatu proses yang wajar, segala hal yang terjadi dapat mengalami perubahan, seperti halnya yang terjadi pada barang saya. Melalui pengembangan pengertian ini, maka tidak ada kekecewaan yang timbul. Ini merupakan salah satu latihan untuk menuju perubahan yang lebih baik. Dengan melepas kemelekatan terhadap sesuatu, melepaskan tuntutan, menerima keadaan apa adanya, peduli dengan sekitar kita, dan bersyukur terhadap segala hal yang ada; kita mulai mengalami transformasi batin. Kita mulai pelan-pelan mengurangi racun batin yang menimbulkan kebencian, iri hati, ketamakan, dan kebodohan batin.
Seperti dalam sebuah kegelapan, mengeluh karena keadaan gelap gulita tidak akan menyelesaikan permasalahan. Jika memang keadaan gelap gulita, nyalakanlah pelita. Dengan demikian kegelapan itu dapat dikurangi dengan nyala pelita yang telah dihidupkan. Latihlah pikiran untuk menerima sesuatu dengan segi yang positif, mensyukuri setiap momen yang terjadi dalam kehidupan. Karena pikiran adalah dasar dari ucapan dan perbuatan yang kita lakukan.
Perlahan namun pasti, dengan perubahan kebiasaan yang lebih positif dapat membawa diri menuju level selanjutnya. Level awal adalah dia yang yang hanya memikirkan dirinya sendiri, segala hal yang berhubungan dengan kesejahteraan dirinya. Level selanjutnya adalah dia yang mulai memikirkan tidak hanya dirinya, tetapi juga hal yang berhubungan dengan sekitarnya. Bahkan di level tertinggi adalah dia yang peduli dengan hal yang terjadi di sekitarnya, dan juga memiliki tekad agar dapat membantu semua makhluk agar terlepas dari lingkaran kehidupan yang terus berulang.
Belajar mengenali diri-sendiri sangatlah penting karena membuat kita tahu tentang seluk beluk batin kita sendiri, baik itu sifat baik maupun sifat buruk kita. Mengetahui sifat kita, mengenali, merenungkan, dan menganalisa, dapat membuat kita menjadi lebih peka dan lebih bijaksana menyikapi segala hal yang terjadi. Dengan memeriksa batin sebelum bertindak dengan tidak sadar, kita dapat lebih jernih dalam bertindak, baik itu melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan.
Selalu cemas dengan apa yang terjadi di masa depan, sampaisampai melupakan apa yang ada hari ini tidak akan membawa kebahagiaan. Ketika masalah sedang menghampiri, cukup sadari, periksa kembali batin, sebelum bertindak lebih lanjut, tenangkankan diri dengan kembali pada nafas di detik ini. Selalu kembali pada benih kemurnian (benih kebuddhaan) yang ada di dalam diri. Berikanlah motivasi dalam batin bahwa semua hal baik-baik saja, berpikir positif mengenai segala sesuatu yang tertangkap melalui setiap panca indera (mata, hidung, mulut, kulit, dan telinga). Dengan dasar itu kita dapat menjaga diri kita agar bertindak yang benar, tidak menyakiti diri sendiri maupun orang atau makhluk lain yang berada di sekitar kita. Latihan seperti ini turut membantu menumbuhkan benih kebuddhaan yang ada dalam diri. Hal ini sama halnya dengan berlatih meditasi, dengan mengamati batin sebelum bertindak, kita dapat mengenali setiap bentuk pikiran kita, tak perlu harus dengan berdiam diri dan memejamkan mata. Meditasi dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Menikmati setiap momen kejadian dengan memusatkan pikiran pada apa yang sedang dilakukan di saat kini. Ketika sedang makan, berkonsentrasilah dengan apa yang dimakan, meresapi setiap rasa yang telah bersentuhan dengan indera pengecap kita, berysukur dengan apa yang kita konsumsi, ucapan terima kasih terhadap semua pihak yang telah melakukan jerih payah agar makanan ini tersaji.
Mengubah cara berpikir akan membantu kita dalam menyelesaikan masalah. Dengan memiliki pikiran yang positif dapat membantu kita dalam memperoleh kebahagiaan dan bahkan mempertahankan kebahagiaan. Mengembangkan sifat yang positif memang memerlukan proses, hendaknya kita melatihnya dengan baik, tidak seperti melakukan hal buruk. Kita tak perlu belajar melakukan keburukan, tak perlu adanya orang lain yang mengajari, kita sudah pintar untuk melakukannya, karena kita memiliki bakat untuk itu. Lain halnya dengan melakukan perbuatan baik (melalui pikiran, ucapan, perbuatan). Kita perlu belajar dan melatihnya berulang agar bakat melakukan perbuatan buruk itu dapat berkurang. Dengan terus melatih perbuatan baik, secara otomatis usaha yang kita lakukan ini dapat menjadi sebuah kebiasaan yang baik. Secara sadar ataupun tidak, dengan perbuatan positif tersebut, kita juga turut serta dalam mempertahankan kebahagiaan.
Dengan kita telah menjadi pribadi yang positif, tak perlu pengakuan dari yang lain, secara otomatis energi positif yang kita pancarkan dari dalam itu akan mempengaruhi hal-hal di sekitar kita juga. Contohnya tumbuhan. Di satu sisi, akar mengembangkan dirinya membantu batang agar dapat berdiri kokoh, pertumbuhan batang membantu daun memperoleh nutrisi yang disalurkan hingga ke akar. Nutrisi yang diperoleh ini dikeluarkan dalam bentuk oksigen yang berguna bagi kelangsungan makhluk hidup, semua hal yang dilakukan saling melengkapi dan membantu yang lain untuk mencapai keharmonisan. Seperti halnya mencapai kebahagiaan, dengan latihan yang intensif dapat menumbuh-kembangkan kebijaksanaan yang ada dan turut membantu yang lain agar tercerahkan juga, hingga merealisasi kebahagiaan tertinggi, yaitu Nibbana. Bersahabatlah dengan kehidupan ini, selalu berpikir dari sisi yang positif, ingatlah juga untuk selalu melimpahkan kebajikan yang telah kita lakukan kepada semua makhluk, dengan harapan agar semua makhluk dapat terbebas dari penderitaan dan dapat segera mencapai kebebasan.
Referensi:
Nhat Hanh, Thich. Di Bawah Pohon Jambu Air. Jakarta: Karaniya, 2008.
Pannyavaro, Sri. Bersahabat Dengan Kehidupan. Yogyakarta: Suwung, 2007.
Tigris,S.H.,S.E.,M.H. Buntario. Who Stole My Hapiness. Jakarta: Yayasan Dhammadasa, 2011.
Winston, Diana. Wide Awake. Jakarta: Karaniya, 2007. “Cara Membangkitkan semangat hidup”. Blogspot. 11 September 2012.
“Hati-hati Dengan Pikiran Anda “. Didiksugiarto. 16 Oktober 2008.
“Sikap Hidup Positif”. Didiksugiarto. 20 September 2008.
“Tujuh Cara Meraih Kebahagiaan”. Abatasa. 20 April 2011.
Sumber: Dhammadana Para Dhammaduta 3